Islam selaku
agama muslim menyeru kepada umat manusia agar mampu menyeimbangkan antara
kebutuhan biologis dan kebutuhan spiritual dalam kehidupannya. Hal itu dapat
diwujudkan dengan cara menghindari sikap berlebihan dalam memenuhi salah satu
diantara keduanya, dengan mengabaikan yang lainnya. Agama Islam tidak pernah
menyeru umat manusia kepada konsep kerahiban yang mengekang kebutuhan biologis,
dan tidak pula menyeru kepada konsep materialis yang mengabaikan kebutuhan
spiritual. Akan tetapi, Islam menyeru kepada umat manusia agar memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan biologis maupun spiritualnya sesuai dengan kadar
dan porsi nya masing-masing.
“Dan carilah
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukasi orang-orang yang berbuat kerusakan” [al-Qashas: 77]
Rasulullah SAW
juga mengamini ayat diatas dengan sabdanya yang berbunyi:“bukanlah termasuk
orang yang baik apabila ia hanya bekerja untuk dunianya dengan mengabaikan
akhiratnya ataupun bekerja untuk akhiratnya dan meninggalkan dunianya. Sesungguhnya
sebaik-baik orang diantaramu adalah yang bekerja untuk ini dan ini (dunia dan
akhiratnya)” [Konseling Terapi,
Musfir bin Said Az-Zahrani 2005: 409]
Apabila manusia dapat menyeimbangkan kebutuhan tubuh dan ruhnya, maka
pada saat itulah ia telah mewujudkan hakikatnya sebagai manusia yang sempurna.
Manusia yang telah digambarkan oleh Rasulullah adalah manusia yang menyembah
Tuhannya dengan penuh kejernihan dan kekhusyukan dalam hatinya serta hidup
sebagaimana layaknya manusia pada umumnya, dan tidak berlebihan.
Ini adalah gambaran kepribadian manusia yang baik, yang dapat
menyeimbangkan kebutuhan biologis dan spiritualnya. Sesungguhnya, jikalau
manusia yang memiliki kepribadian yang baik, ia akan selalu memperhatikan
kesehatan dan kekuatan badannya dengan memenuhi kebutuhannya sesuai dengan
batasan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Sedangkan manusia yang memiliki kepribadian yang buruk, ia adalah
manusia yang selalu berlindung dibawah kendali nafsu syahwat yang mengekang
dirinya. Maka dari itu, ia tidak akan pernah sukses dalam menyeimbangkan
kepribadiannya sebagai manusia yang utuh.
Jelasnya, agama Islam menekankan bahwa keseimbangan kepribadian hanya
dapat direalisasikan dengan adanya keseimbangan pemenuhan kebutuhan biologis
dan spiritualnya. [Musfir bin Said Az-Zahrani 2005: 410]
Wallahu a'lam bi al-shawab
0 komentar:
Posting Komentar